Jumat, 17 April 2009

PARAFIN

Oleh EG Giwangkara S. Minyak bumi adalah campuran komplek hidrokarbon plus senyawaan organik dari Sulfur, Oksigen, Nitrogen dan senyawa-senyawa yang mengandung konstituen logam terutama Nikel, Besi dan Tembaga.
Minyak bumi sendiri bukan merupakan bahan yang uniform, melainkan berkomposisi yang sangat bervariasi, tergantung pada lokasi, umur lapangan minyak dan juga kedalaman sumur.
Dalam minyak bumi parafinik ringan mengandung hidrokarbon tidak kurang dari 97 % sedangkan dalam jenis asphaltik berat paling rendah 50 %.
Komponen HidrokarbonPerbandingan unsur-unsur yang terdapat dalam minyak bumi sangat bervariasi. Berdasarkan atas hasil analisa, diperoleh data sebagai berikut :
Karbon : 83,0-87,0 %
Hidrogen : 10,0-14,0 %
Nitrogen : 0,1-2,0 %
Oksigen : 0,05-1,5 %
Sulfur : 0,05-6,0 %
Komponen hidrokarbon dalam minyak bumi diklasifikasikan atas tiga golongan, yaitu :
golongan parafinik
golongan naphthenik
golongan aromatik
sedangkan golongan olefinik umumnya tidak ditemukan dalam crude oil, demikian juga hidrokarbon asetilenik sangat jarang.
Crude oil mengandung sejumlah senyawaan non hidrokarbon, terutama senyawaan Sulfur, senyawaan Nitrogen, senyawaan Oksigen, senyawaan Organo Metalik (dalam jumlah kecil/trace sebagai larutan) dan garam-garam anorganik (sebagai suspensi koloidal).
1. Senyawaan SulfurCrude oil yang densitynya lebih tinggi mempunyai kandungan Sulfur yang lebih tinggu pula. Keberadaan Sulfur dalam minyak bumi sering banyak menimbulkan akibat, misalnya dalam gasoline dapat menyebabkan korosi (khususnya dalam keadaan dingin atau berair), karena terbentuknya asam yang dihasilkan dari oksida sulfur (sebagai hasil pembakaran gasoline) dan air.
2. Senyawaan OksigenKandungan total oksigen dalam minyak bumi adalah kurang dari 2 % dan menaik dengan naiknya titik didih fraksi. Kandungan oksigen bisa menaik apabila produk itu lama berhubungan dengan udara. Oksigen dalam minyak bumi berada dalam bentuk ikatan sebagai asam karboksilat, keton, ester, eter, anhidrida, senyawa monosiklo dan disiklo dan phenol. Sebagai asam karboksilat berupa asam Naphthenat (asam alisiklik) dan asam alifatik.
3. Senyawaan NitrogenUmumnya kandungan nitrogen dalam minyak bumi sangat rendah, yaitu 0,1-0,9 %. Kandungan tertinggi terdapat pada tipe Asphalitik. Nitrogen mempunyai sifat racun terhadap katalis dan dapat membentuk gum / getah pada fuel oil. Kandungan nitrogen terbanyak terdapat pada fraksi titik didih tinggi. Nitrogen klas dasar yang mempunyai berat molekul yang relatif rendah dapat diekstrak dengan asam mineral encer, sedangkan yang mempunyai berat molekul yang tinggi tidak dapat diekstrak dengan asam mineral encer.
4. Konstituen MetalikLogam-logam seperti besi, tembaga, terutama nikel dan vanadium pada proses catalytic cracking mempengaruhi aktifitas katalis, sebab dapat menurunkan produk gasoline, menghasilkan banyak gas dan pembentukkan coke. Pada power generator temperatur tinggi, misalnya oil-fired gas turbine, adanya konstituen logam terutama vanadium dapat membentuk kerak pada rotor turbine. Abu yang dihasilkan dari pembakaran fuel yang mengandung natrium dan terutama vanadium dapat bereaksi dengan refactory furnace (bata tahan api), menyebabkan turunnya titik lebur campuran sehingga merusakkan refractory itu.
Agar dapat diolah menjadi produk-produknya, minyak bumi dari sumur diangkut ke Kilang menggunakan kapal, pipa, mobil tanki atau kereta api. Didalam Kilang, minyak bumi diolah menjadi produk yang kita kenal secara fisika berdasarkan trayek titik didihnya (distilasi), dimana gas berada pada puncak kolom fraksinasi dan residu (aspal) berada pada dasar kolom fraksinasi.
Setiap trayek titik didih disebut “Fraksi”, misal :
0-50°C : Gas50-85°C : Gasoline85-105°C : Kerosin105-135°C : Solar> 135°C : Residu (Umpan proses lebih lanjut)
Jadi yang namanya minyak bumi atau sering juga disebut crude oil adalah merupakan campuran dari ratusan jenis hidrokarbon dari rentang yang paling kecil, seperti metan, yang memiliki satu atom karbon sampai dengan jenis hidrokarbon yang paling besar yang mengandung 200 atom karbon bahkan lebih.
Secara garis besar minyak bumi dikelompokkan berdasarkan komposisi kimianya menjadi empat jenis, yaitu :
1. Parafin
2. Olefin
3. Naften
4. Aromat
Tetapi karena di alam bisa dikatakan tidak pernah ditemukan minnyak bumi dalam bentuk olefin, maka minyak bumi kemudian dikelompokkan menjadi tiga jenis saja, yaitu Parafin, Naften dan Aromat.
Kandungan utama dari campuran hidrokarbon ini adalah parafin atau senyawa isomernya. Isomer sendiri adalah bentuk lain dari suatu senyawa hidrokarbon yang memiliki rumus kimia yang sama. Misal pada normal-butana pada gambar berikut memiliki isomer 2-metil propana, atau kadang disebut juga iso-butana. Keduanya memiliki rumus kimia yang sama, yaitu C4H10 tetapi memiliki rumus bangun yang berbeda seperti tampak pada gambar.
Jika atom karon (C) dinotasikan sebagai bola berwarna hitam dan atom hidrogen (H) dinotasikan sebagai bola berwarna merah maka gambar dari normal-butan dan iso-butan akan tampak seperti gambar berikut :
Senyawa hidrokarbon ‘normal’ sering juga disebut sebagai senyawa hidrokarbon rantai lurus, sedangkan senyawa isomernya atau ‘iso’ sering juga disebut sebagai senyawa hidrokarbon rantai cabang. Keduanya merupakan jenis minyak bumi jenis parafin.
Sedangkan sisa kandungan hidrokarbon lainnya dalam minyak bumi adalah senyawa siklo-parafin yang disebut juga naften dan/atau senyawa aromat. Berikut adalah contoh dari siklo-parafin dan aromat.
‘Keluarga hidrokarbon’ terebut diatas disebut homologis, karena sebagian besar kandungan yang ada dalam minyak bumi tersebut dapat dipisahkan kedalam beberapa jenis kemurnian untuk keperluan komersial. Secara umum, di dalam kilang minyak bumi, pemisahan perbandingan kemurnian dilakukan terhadap hidrokarbon yang memiliki kandungan karbon yang lebih kecil dari C7. Pada umumnya kandungan tersebut dapat dipisahkan dan diidentifikasi, tetapi hanya untuk keperluan di laboratorium.
Campuran siklo parafin dan aromat dalam rantai hidrokarbon panjang dalam minyak bumi membuat minyak bumi tersebut digolongkan menjadi minyak bumi jenis aspaltin.
Minyak bumi di alam tidak pernah terdapat dalam bentuk parafin murni maupun aspaltin murni, tetapi selalu dalam bentuk campuran antara parafin dan aspaltin. Pengelompokan minyak bumi menjadi minyak bumi jenis parafin dan minyak bumi jenis aspaltin berdasarkan banyak atau dominasi minyak parafin atau aspaltin dalam minyak bumi. Artinya minyak bumi dikatakan jenis parafin jika senyawa parafinnya lebih dominan dibandingkan aromat dan/atau siklo parafinnya. Begitu juga sebaliknya.
Dalam skala industri, produk dari minyak bumi dikelompokkan berdasarkan rentang titik didihnya, atau berdasarkan trayek titik didihnya. Pengelompokan produk berdasarkan titik didih ini lebih sering dilakukan dibandingkan pengelompokan berdasarkan komposisinya.
Minyak bumi tidak seluruhnya terdiri dari hidrokarbon murni. Dalam minyak bumi terdapat juga zat pengotor (impurities) berupa sulfur (belerang), nitrogen dan logam. Pada umumnya zat pengotor yang banyak terdapat dalam minyak bumi adalah senyawa sulfur organik yang disebut merkaptan. Merkaptan ini mirip dengan hidrokarbon pada umumnya, tetapi ada penambahan satu atau lebih atom sulfur dalam molekulnya, seperti pada gambar berikut :
Senyawa sulfur yang lebih kompleks dalam minyak bumi terdapat dalam bentuk tiofen dan disulfida. Tiofen dan disulfida ini banyak terdapat dalam rantai hidrokarbon panjang atau pada produk distilat pertengahan (middle distillate).
Selain itu zat pengotor lainnya yang terdapat dalam minyak bumi adalah berupa senyawa halogen organik, terutama klorida, dan logam organik, yaitu natrium (Na), Vanadium (V) dan nikel (Ni).
Titik didih minyak bumi parafin dan aspaltin tidak dapat ditentukan secara pasti, karena sangat bervariasi, tergantung bagaimana komposisi jumlah dari rantai hidrokarbonnya. Jika minyak bumi tersebut banyak mengandung hidrokarbon rantai pendek dimana memiliki jumlah atom karbon lebih sedikit maka titik didihnya lebih rendah, sedangkan jika memiliki hidrokarbon rantai panjang dimana memiliki jumlah atom karbon lebih banyak maka titik didihnya lebih tinggi.
Sumber: http://persembahanku.wordpress.com
Studi Histologi Sel Endokrin Ekstra Insular PankreasKambing dan Domba Lokal
(HISTOLOGICAL STUDY OF THE EXTRA-INSULAR ENDOCRINE CELLS IN THE PANCREAS OF LOCAL GOAT AND SHEEP)
Emilliana Yani Rahayu, I Ketut Mudite Adnyane*, Savitri Novelina, Srihadi Agungpriyono
Departemen Anatomi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian BogorJl. Agatis Wing 8, Lt.2 Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680. Koresponden*
ABSTRAKMorfologi, distribusi dan frekuensi sel endokrin yang terdapat pada bagian eksokrin pankreas kambing dan domba lokal diteliti secara histologis dengan memanfatkan teknik pewarnaan khusus impregnasi perak Grimelius. Sel-sel endokrin tersebar di seluruh bagian eksokrin pankreas yang diamati yaitu bagian kanan atau kepala (head), bagian tengah atau badan (body) dan bagian kiri atau ekor (tail) dengan frekuensi terbanyak ditemukan pada bagian kiri. Sel ini mempunyai bentuk yang polimorfik, bulat, oval atau segitiga dengan inti sel bulat serta mempunyai butir sitoplasma yang terletak infra nuklear yang mengambil warna secara khas pada pewarnaan impregnasi perak Grimelius. Sel endokrin berdistribusi di asinar pankreas, di sekitar pulau Langerhans, di antara epitel duktus dan di sekitar duktus. Frekuensi terbanyak diamati pada daerah asinar pankreas. Hasil penelitian ini memperkuat pernyataan bahwa sel-sel endokrin yang terdapat dibagian eksokrin pankreas berperan dalam pengaturan fungsi bagian endokrin pankreas dan fungsi pengeluaran sekreta hormon melalui pembuluh darah dan beberapa enzim serta ion melalui duktus.Kata kunci: pankreas, pulau Langerhans, endokrin, Grimelius
ABSTRACTThe morphology, distribution and relative frequency of extra-insular endocrine cells in the pancreas of local goats and sheep were studied using specific Grimelius silver impregnation staining method. Endocrine cells were scattered in all part of exocrine pancreas, the head, body and tail of the pancreas, with the highest frequency was found in the tail. These cells were polymorph, rounded, oval or triangular in shapes, with round nucleus and the cytoplasm granules lied in the infra nuclear region. The endocrine cells were distributed in the acinar part of pancreas, surrounding the Langerhans islets and surrounding, between the epithelial ductal cells. The highest frequency was found in the acinar area. The result of the research indicated that extra-insular endocrine cells took measures in regulation function of endocrine part and secretion of hormone via vessels and enzymes via ducts.Key words: pancreas, Langerhans islet, endocrine, Grimelius
PENDAHULUAN
Pankreas merupakan organ pembantu dalam sistem pencernaan yang berfungsi ganda sebagai kelenjar eksokrin dan endokrin dan kedua bagian saling mempengaruhi (Lucini et al., 1998). Bagian eksokrin dari pankreas terdiri dari beberapa sel yang berbentuk piramid dengan bagian apikal mengarah ke lumen duktus yang kecil. Sel-sel bagian eksokrin pankreas ini bertipe zimogenik, mempunyai inti yang terletak di basal dan dikelilingi oleh sitoplasma eosinofilik dengan butiran-butiran yang berisi enzim dalam bentuk inaktif (Guyton, 1976; Greenspan dan Forsham, 1983; Sundler dan Hakanson, 1988; Craigmyle, 1994; Ross et al., 1995).Bagian endokrin dari pankreas terdiri dari sel-sel endokrin yang membentuk kumpulan tersendiri disebut Pulau Langerhans. Pulau Langerhans mempunyai bentuk dan ukuran bervariasi, terletak di antara sell bagian eksokrin pankreas (Wheater et al., 1979). Pulau Langerhans mensekresikan berbagai hormon pankreas yaitu insulin, glukagon, somatostatin dan polipeptida pankreas (Guyton, 1976; Wheater et al.,1979; Greenspan dan Forsham, 1983; Sundler dan Hakanson, 1988; Craigmyle, 1994; Ross et al., 1995).Pada pankreas kambing dan domba, Pulau Langerhans lebih banyak berdistribusi pada bagian kanan (head) pankreas dibandingkan dengan pada bagian tengah (body) dan kiri (tail). Disamping itu, pankreas kambing mempunyai jumlah total pulau Langerhans lebih banyak dibandingkan dengan pankreas domba (Adnyane, 2001).Selain terdapat di dalam Pulau Langerhans, sel-sel endokrin dapat juga ditemukan di luar Pulau Langerhans dan disebut sel-sel ekstra-insular. Jumlah dan distribusi sel-sel ini bervariasi antara spesies satu dengan lainnya (Sundler et al., 1983). Sel-sel endokrin jenis ini tersebar di antara sel-sel parenkim eksokrin dan sel-sel epitel duktus. Sel-sel endokrin ini diduga berperan dalam pengaturan fungsi bagian endokrin pankreas dan fungsi pengeluaran sekreta hormon melalui pembuluh darah dan enzin-enzim serta ion melalui duktus.Penelitian ini memanfaatkan teknik pewarnaan histokimia khusus impregnasi perak Grimelius (Gremelius, 1968), untuk mengetahui morfologi dan distribusi dari sel-sel endokrin pada bagian eksokrin pankreas kambing dan domba lokal yang belum pernah dilaporkan sampai saat ini.
MATERI DAN METODE
Penelitian ini menggunakan masing-masing 10 ekor kambing dan domba dewasa jantan betina, berusia antara 1.5 - 2 tahun dengan berat badan bervariasi antara 20 - 35 kg. Hewan diperoleh dari pasar hewan di sekitar Kotamadya Bogor. Hewan dibunuh dengan cara eksanguinasi melalui A. Carotis communis setelah pemberian bius Chloral hydrat (10 mg/kg bb) secara intra vena.Sampel Jaringan diambil dari tiga bagian pankreas yaitu bagian kanan (head), tengah (body), kiri (tail). Segera setelah hewan mati jaringan dicuci dengan larutan PBS dan kemudian difiksasi dalam larutan Bouin selama 24 jam. Sampel jaringan kemudian dipindahkan dan disimpan di dalam alkohol 70% sampai proses selanjutnya.Sampel jaringan dipotong kecil dan didehidrasi di dalam seri larutan alkohol dengan konsentrasi bertingkat, dijernihkan dalam silol dan diembedding dalam parafin. Blok parafin dipotong serial pada ketebalan 5 µm dengan menggunakan mikrotom dan sayatan dilekatkan di atas gelas obyek (Humason, 1966).Pada sediaan dilakukan proses deparafinisasi dan rehidrasi. Sediaan kemudian diwarnai dengan teknik pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE) untuk pengamatan terhadap struktur umum jaringan dan dengan teknik impregnasi perak Grimelius (Grimelius, 1968) untuk pengamatan terhadap sel-sel endokrin.Pengamatan dilakukan dengan mikroskop cahaya yang dilengkapi dengan alat foto. Perhitungan jumlah sel dilakukan terhadap sel yang bereaksi positif dan mempunyai inti sel yang jelas pada pembesaran rendah. Tiap bagian sampel masing-masing diwakili oleh 5 sediaan serial, perhitungan dilakukan pada lima lapang pandang yang diambil secara acak.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini berhasil menggambarkan morfologi, distribusi dan frekuensi sel-sel endokrin yang terletak di luar pulau Langerhans pada pankreas kambing dan domba. Teknik pewarnaan impregnasi perak yang digunakan adalah teknik Grimelius (Grimelius, 1968), yang dapat mendeteksi sel-sel alfa (glukagon) pada Pulau Langerhans pancreas dan sel-sel endokrin lain pada saluran pencernaan. Dengan teknik ini, terlihat bahwa butir-butir sitoplasma pada sel-sel yang bereaksi positif mengambil warna coklat tua sampai dengan hitam. Jaringan sekitarnya mengambil warna kuning muda. Oleh karena itu, sel-sel ini menjadi mudah dikenali dan dibedakan dengan sel-sel bagian eksokrin maupun sel-sel Pulau Langerhans pankreas.Bentuk-bentuk sel yang dijumpai adalah segitiga, polimorfik, bulat dan oval (Gambar 1). Bentuk ini sama dengan bentuk sel endokrin usus yang dilaporkan pada mamalia pada umumnya (Polak, 1989) dan ruminansia seperti kancil (Agungpriyono et al., 1994; 1997), domba (Calingasan et al., 1984), maupun sapi (Kitamura et al., 1985). Diantara bentuk-bentuk ini bentuk yang paling sering dijumpai adalah bentuk segitiga. Butir-butir sitoplasmanya mengambil warna coklat tua pada pewarnaan impregnasi perak terletak di infranuklear. Letak subseluler dari butir-butir sitoplasma ini merupakan salah satu ciri khas yang dimiliki oleh sel-sel endokrin (Grimelius, 1968; Polak 1989).
Gambar 1. Fotomikrograf pankreas, memperlihatkan berbagai bentuk sel-sel endokrin ekstra-insular. Sel-sel endokrin ekstra insular berbentuk bulat, oval, segitiga atau polimorfik.(Pewarnaan impregnasi perak Grimelius; Bar = 5 µm)
Sel-sel endokrin di luar Pulau Langerhans disebut sel-sel endokrin ekstra-insular. Grimelius (1968) mengemukakan adanya sel yang positif dengan pewarnaan impregnasi perak Grimelius pada pankreas manusia di dalam dan di sekitar perifer asinus dan basal epitelium duktus ekskretori. Sitoplasma sel-sel tersebut mengandung butir-butir perak yang sama dengan yang dimiliki oleh sel-sel yang positif dengan pewarnaan impregnasi perak Grimelius di dalam Pulau Langerhans (sel Glukagon). Pada masa sekarang, para peneliti umumnya telah menggunakan teknik imunohistokimia untuk sel-sel ini, seperti pada kelelawar (Desmodos rotundus) (Yamada et al., 1984), kambing (Calingasan et al ., 1984), echidna (Tachyglossus aculeatus) (Yamada et al., 1990), bebek (Lucini et al., 1996), dan kerbau (Lucini et al., 1998).Dari tiga bagian pankreas yang diamati maka keseluruhan jumlah sel-sel endokrin ekstra insular terbanyak dijumpai pada bagian kiri (tail) pankreas sedangkan pada bagian tengah (body) dan kanan (head) jumlahnya relatif sama (Grafik 1). Tidak didapatkan perbedaan distribusi dan frekuensi antara domba dan kambing maupun antara kedua jenis kelamin.
Grafik 1. Distribusi dan Frekuensi Relatif Sel-sel Endokrin Ekstra-Insular pada Pankreas Kambing dan Domba LokalKeterangan : Rata-rata jumlah per satu lapang pandang, pengamatan dengan lensa obyektif 20x
Sel-sel endokrin ekstra-insular ini berdistribusi pada asinar pankreas jauh dari pulau Langerhans, dekat dengan pulau Langerhans dan di antara sel-sel epitel duktus (Gambar 2). Jumlah sel terbanyak ditemukan pada daerah asinar pankreas (Grafik 2).
Grafik 2. Distribusi dan Frekuensi Relatif Sel-sel Endokrin Ekstra-Insular pada AsinarPankreas Kambing dan Domba LokalKeterangan : Rata-rata jumlah per satu lapang pandang, pengamatan dengan lensa obyektif 20x
Gambar 2. Fotomikrograf pankreas, memperlihatkan sel-sel endokrin ekstra-insular (tanda panah). Sel-sel endokrin ekstra insular yang berada jauh dari pulau Langerhans (A), dekat dengan pulau Langerhans dan di antara epitel duktus (C).(Pewarnaan impregnasi perak Grimelius; Bar = 50 µm)
Sel-sel endokrin ekstra-insular ini diduga berperan dalam pengaturan fungsi-fungsi intrinsik pankreas. Sel-sel yang berada di sekitar Pulau Langerhans kemungkinan mengatur fungsi bagian endokrin dan pengeluaran sekreta hormon melalui pembuluh darah. Sel-sel endokrin yang berada di asinar diduga terlibat dalam pengaturan fungsi eksokrin pankreas yang mencakup sintesa maupun pengeluaran enzim-enzim serta ion melalui duktus, sedangkan yang berada diantara sel-sel epitel duktus dan di sekitar duktus diduga mengatur pengeluaran hormon dan sekreta serta menerima rangsangan dari sekreta eksokrin. Githens (1993) dan Bertelli (1994) dalam Lucini (1998), mengemukakan bahwa sel-sel endokrin pada dinding duktus hanya berperan dalam pengeluaran hormon-hormon pankreas dan sekreta pankreas yang lain (enzim atau ion bikarbonat) atau menerima rangsangan dari sekreta eksokrin pankreas dan menanggapinya melalui mekanisme endokrin atau parakrin. Sel-sel endokrin ektra-insular pada katak merah (Rana dalmatina) disebut sebagai komponen yang tidak jelas (diffuse component). Bagian ini jumlahnya banyak dan sebagian besar merupakan sel alfa atau sel PP (Putti et al., 1997). Sel-sel tersebut membentuk semacam jaring diantara sel-sel eksokrin yang hubungan antara keduanya mungkin terjadi melalui mekanisme parakrin (Putti et al., 1997).Secara imunohistokimia, sel-sel endokrin ekstra insular yang menunjukkan reaksi positif dengan pewarnaan impregnasi perak Grimelius adalah glukagon, glisentin, serotonin dan motilin (Grimelius dan Wilander, 1980). Dengan demikian sel-sel endokrin ekstra insular yang terdeteksi pada penelitian ini minimal adalah keempat sel-sel tersebut. Untuk mengetahui secara pasti jenis sel-sel endokrin ekstra insular tersebut perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan teknik pewarnaan imunohistokimia dengan memakai antibodi terhadap berbagai hormon pencernaan.
KESIMPULANSel-sel endokrin ekstra insular berbentuk segitiga, polimorfik, bulat dan oval. Jumlah sel endokrin ekstra insular terbanyak dijumpai pada bagian kiri (tail) pankreas dan konsentrasi terbesar ditemukan di bagian asinar pankreas. Hal ini diduga berkaitan erat dengan fungsinya mengatur fungsi pengeluaran sekreta enzim-enzim serta ion melalui duktus.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

yang mau kasih komentar, silahkan yach...

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda